Gen Z dan Work-Life Balance: Mungkinkah Terwujud?
Gen Z dan Work-Life Balance: Mungkinkah Terwujud?

Banyak yang beranggapan bahwa generasi Z (Gen Z) sulit mencapai work-life balance di tengah dinamika kerja modern. Tuntutan pekerjaan yang padat, sistem kerja yang fleksibel sekaligus menuntut, hingga budaya “selalu siap online” membuat batas antara kehidupan pribadi dan pekerjaan menjadi kabur. Namun, benarkah Gen Z tidak bisa memiliki keseimbangan hidup? Yuk, simak pembahasan ini lebih dalam bersama MinKar!

Tantangan Gen Z dalam Dunia Kerja

Bagi sebagian Gen Z, rutinitas kerja sering kali terasa melelahkan. Mulai dari bangun tidur yang langsung dihadapkan dengan tuntutan membuka gadget, rapat yang menumpuk, hingga pekerjaan yang seakan tidak ada habisnya. Kondisi ini membuat waktu istirahat menjadi sangat terbatas. Tidak jarang muncul anggapan bahwa bekerja terasa hampir setara dengan perjuangan tanpa henti. Media sosial pun sering memperparah tekanan ini dengan hadirnya pesan-pesan motivasi yang justru terasa ironis. Ungkapan seperti “work-life balance” terdengar kontradiktif bagi mereka yang bahkan merasa sulit untuk sekadar beristirahat.

Strategi Mencapai Work-Life Balance

Meskipun penuh tantangan, bukan berarti Gen Z tidak dapat mencapai keseimbangan hidup. Ada beberapa strategi yang dapat diterapkan, antara lain:

  • Menentukan Jam Kerja yang Jelas

Bekerja dengan totalitas memang penting, tetapi istirahat juga merupakan bagian dari produktivitas. Menyusun jadwal kerja yang terorganisir dapat membantu mengurangi kelelahan. Metode seperti Pomodoro atau Kanban bisa menjadi pilihan untuk mengatur ritme kerja agar lebih efisien.

  • Memberi Ruang untuk Hobi dan Istirahat

Meluangkan waktu untuk menonton serial, menggambar, bersantai, atau sekadar menikmati kopi di kafe favorit bukanlah bentuk kemalasan. Aktivitas tersebut justru membantu mengembalikan energi dan menjaga kesehatan mental.

  • Berani Menolak Ketika Beban Berlebihan

Menyadari batas kemampuan diri adalah bentuk penghargaan terhadap diri sendiri. Mengatakan “cukup” ketika pekerjaan sudah berlebihan bukanlah sikap malas, melainkan langkah bijak untuk menjaga kesehatan fisik dan mental.

Work-life balance bukanlah hal mustahil bagi Gen Z. Dengan mengatur jam kerja secara efektif, memberi ruang untuk istirahat, serta berani menolak beban berlebih, generasi ini tetap bisa bekerja dengan baik sekaligus menikmati kehidupan di luar pekerjaan. Pada akhirnya, keseimbangan hidup adalah tentang keberanian untuk menempatkan diri pada posisi yang sehat, baik secara mental maupun fisik. Jadi, siapa bilang Gen Z tidak bisa memiliki work-life balance?

Ingin tahu lebih banyak tips seputar pengembangan diri, karier, hingga lowongan kerja? Kunjungi media sosial Pusat Karier UIN Jakarta untuk update artikel inspiratif lainnya dan jangan lewatkan program pengembangan karier terbaru kami! 

(Amanda D./Ramzi Fawaz E.)

Tag :