Pertanyaan Keramat Job Seeker: “Udah Kerja di Mana Sekarang?”
Dalam dunia pencarian kerja, tantangan terbesar seringkali bukan hanya berasal dari persaingan yang ketat atau proses seleksi yang melelahkan. Ada satu hal lain yang tidak kalah menekan, pertanyaan yang berulang dari orang-orang di sekitar kita. Pertanyaan sederhana namun menyisakan rasa berat di hati, “Udah kerja di mana sekarang?”.
Bagi sebagian orang, kalimat ini terdengar biasa. Namun, bagi seorang pencari kerja (job seeker), pertanyaan tersebut bisa terasa seperti ujian mental. Terutama jika jawabannya belum berubah—belum ada pekerjaan yang sesuai, belum ada kabar dari rekruter, atau masih dalam tahap berusaha.
Kenapa Pertanyaan Ini Bisa Terasa Berat?
Bagi seorang pencari kerja, proses mencari pekerjaan sudah menjadi tantangan tersendiri yang penuh dengan ketidakpastian. Berhadapan dengan lamaran yang tidak kunjung mendapat balasan, proses seleksi yang panjang, hingga persaingan yang ketat dengan pelamar lain tentu bukan hal yang ringan. Dalam kondisi tersebut, pertanyaan seperti “Udah kerja di mana sekarang?” dapat menjadi beban tambahan. Meskipun terdengar sederhana, pertanyaan yang berulang justru kerap menimbulkan tekanan sosial, seolah-olah perkembangan karier seseorang sedang dipantau dan dinilai oleh orang lain.
Pertanyaan tersebut juga sering kali mengguncang rasa percaya diri seorang pencari kerja. Saat harus terus-menerus memberikan jawaban yang sama, banyak dari mereka yang kemudian mulai mempertanyakan kemampuan dan nilai dirinya. Seperti yang dikatakan oleh X (nama disamarkan) dalam wawancara bersama Tim Editorial Publish Management Pusat Karier UIN Jakarta.
“Hmm… awalnya biasa aja sih. Tapi kalau keseringan ditanya, rasanya kok kayak diingatkan terus kalau saya belum kerja. Jadi kayak ada beban sendiri. Kadang bikin mikir, ‘Apa saya kurang usaha ya? Atau emang saya nggak cukup bagus dibanding yang lain?’” ujarnya Selasa (26/08).
Pada akhirnya, banyak dari mereka memilih untuk menghindari acara keluarga, reuni, atau bahkan pertemuan santai bersama teman lama hanya demi terhindar dari pertanyaan yang sama. Bagi sebagian orang, menjauh terasa lebih aman dibanding harus kembali menjawab dengan perasaan tidak nyaman. Situasi ini membuat pencari kerja merasa berada dalam sorotan, meski pada kenyataannya mereka masih berproses dan berusaha.
Menyikapi Pertanyaan Keramat dengan Bijak
Demi menghindari situasi tersebut, seorang pencari kerja sebaiknya membekali diri dengan cara pandang yang lebih positif dalam menghadapi pertanyaan tersebut. Penting untuk diingat bahwa “pertanyaan keramat” sering kali muncul bukan dengan maksud untuk menghakimi, melainkan lebih kepada rasa ingin tahu atau sekadar basa-basi dalam percakapan. Dengan memahami hal ini, pencari kerja dapat mengurangi beban emosional yang dirasakan dan menyikapinya secara lebih bijak.
- Menyiapkan Jawaban Netral
Salah satu langkah sederhana yang dapat dilakukan adalah menyiapkan jawaban netral dan sopan. Alih-alih merasa panik atau terjebak dalam penjelasan panjang yang tidak perlu, pencari kerja cukup memberikan jawaban singkat, misalnya: “Saat ini masih dalam proses seleksi di beberapa perusahaan. Mohon doanya ya.” Jawaban seperti ini selain terdengar tenang, juga membantu menjaga harga diri tanpa menimbulkan percakapan yang berlarut-larut mengenai hal yang sensitif.
- Mengalihkan Topik Pembicaraan
Setelah memberikan jawaban seperlunya, pencari kerja dapat dengan halus mengalihkan topik pembicaraan ke hal lain yang lebih netral. Misalnya, membicarakan kabar keluarga, membahas isu terkini, atau menanyakan balik mengenai pengalaman lawan bicara. Strategi ini cukup efektif untuk menjaga suasana tetap hangat tanpa harus berlama-lama dalam pembahasan yang mungkin menimbulkan ketidaknyamanan.
- Fokus pada Pengembangan Diri
Yang tidak kalah penting, pencari kerja perlu menyadari bahwa pertanyaan dari orang lain tidak akan mengubah hasil yang sedang diusahakan. Justru, yang dapat mengubah keadaan adalah konsistensi dalam mengembangkan diri. Dengan mengasah keterampilan baru, memperbarui curriculum vitae (CV), mengikuti pelatihan, hingga memperluas jaringan profesional merupakan langkah konkret yang dapat mendekatkan seseorang pada peluang kerja yang diharapkan. Dengan fokus pada pengembangan diri, pencari kerja dapat lebih percaya diri menghadapi pertanyaan apa pun, karena ia tahu bahwa dirinya sedang berada dalam proses menuju kemajuan.
Mencari pekerjaan bukanlah perlombaan “siapa yang paling cepat”. Ada yang mendapatkannya dalam hitungan minggu, ada pula yang harus menunggu berbulan-bulan atau bahkan lebih. Semua itu normal, yang terpenting adalah konsistensi, kesabaran, dan kepercayaan bahwa setiap usaha akan membuahkan hasil. Jangan biarkan “pertanyaan keramat” tersebut menjadi beban yang membuatmu berhenti melangkah. Justru, jadikan itu sebagai motivasi bahwa perjalanan kariermu masih berlangsung dan waktumu akan segera tiba.
Saatnya menghadapi pertanyaan keramat dengan percaya diri dan strategi yang tepat. Dapatkan beragam wawasan, tips pengembangan diri, serta informasi lowongan kerja terkini hanya di Pusat Karier UIN Jakarta. Yuk, jadikan setiap langkahmu lebih terarah menuju kesuksesan!
(Amanda D./Ramzi Fawaz E./Sumber Gambar: Dok. LPM Institut UIN Syarif Hidayatullah Jakarta)